Kisah Saya dan Matematika

Saya suka matematika sejak saya kecil, seingat saya saya mulai menyukai angka angka dan matematika sejak SD. Waktu itu saya kelas 2 atau kelas 3 SD, saya ingat saat menunggu ibu saya pulang kantor, saya membuat sendiri angka angka random yang entah dari mana saya dapatkan angka angka itu, lalu saya jumlahkan, saya kurangi, saya bagi, saya kalikan, atau saya ganti angka angka tersebut. Angka angka random tersebut saya tuliskan pada selembar kertas buram bekas menggunakan pensil HB. Saya mulai proses jumlah, kurang, bagi dan kali dari 1 digit angka, lalu setelah bosan dengan 1 digit, saya buat menjadi 2 digit. Saya masih ingat kala itu, sangat menyenangkan, juga ada rasa kepuasan tersendiri setelah menjawab soal yang padahal saya buat sendiri secara random. Tak lama setelah itu, ibu saya pulang kantor dan saya membanggakan apa yang telah saya lakukan. Sejauh yang saya ingat, saat itu lah saya mulai menyukai angka dan matematika.

Ketertarikan saya pun bertambah ketika SMP, saat SMP saya merasa superior, karena nilai matematika saya hampir tidak pernah dibawah 9 dari skala nilai 10. Mungkin karena kebetulan saya masuk ke SMP yang levelnya agak rendah. Tapi mungkin hal itu lah yang membuat saya makin menyukai matematika, karena makin percaya diri. Bukanya merendahkan atau apa, namun dibandingkan dengan SMP SMP top di kota tempat saya lahir dan dibesarkan, Bogor, SMP saya bukanlah yang memiliki banyak prestasi, syarat nilai untuk masuk pun cukup rendah. Tapi saya bersyukur karena diberi kesempatan untuk makin menyukai matematika.

Ketika SMA saya baru mengetahui ada orang yang sangat cerdas, level matematikanya diatas saya! Terlebih lagi, dia berasal dari SMP yang sama dengan saya, Iqbal namanya. Sejujurnya, saya pikir di SMP yang levelnya agak rendah itu tidak ada yang pandai matematika seperti Iqbal. Iqbal pun masuk SMA yang sama dengan saya. Kelas 1 pun sama kelasnya. Disitu saya tau kalau level matematika saya masih jauh dibawah orang orang seperti Iqbal.

Di SMA saya dan iqbal banyak berdiskusi, saya diajari banyak hal mengenai matematika. Saat itu dia menjadi "tujuan" saya, saya ingin sekali mengejar iqbal dalam hal matematika. Kami beberapa kali mengikuti lomba matematika, entah itu penyisihan olimpiade sains nasional, matematika ria IPB, lomba sains UI dan lainya.

Saya agak menyesal tentunya di SMA dan setelah lulus SMA, karena saat di bangku SMP saya tidak pernah menemukan orang yang pandai di bidang matematika, ikut lomba atau kompetisi matematika dimanapun. Kalau saja saya bertemu orang seperti Iqbal lebih cepat, atau ikut lomba matematika, mungkin saya akan lebih terpacu untuk menggali matematika lebih dalam.

Setelah lulus SMA saya melanjutkan kuliah ke IPB (dan UI), lalu berangkat ke Jepang dengan beasiswa dari kampus saya di jepang (Tokyo University of Agriculture, biasa disingkat nodai). Saya masuk ke nodai jurusan international biobusiness.

Singkat cerita di dunia universitas saya sangat jauh dari matematika, tidak ada mata kuliah matematika (ada sebenarnya, tapi sangat dasar di jurusan saya). Ada yang saya gunakan sedikit, untuk penelitian di tingkat 4, juga saya gunakan sedikit untuk penelitian master dan doktoral saya. Bahkan banyak sekali matematika tingkat SMA yang saya lupa.

Setelah lulus doktoral, saya lanjut bekerja di bagian litbang sebuah perusahaan swasta di Jepang, dan celakanya di bagian numerical control, computer aided manufacturing unit. Di tempat saya bekerja saat ini sangat membutuhkan pemahaman matematika dan perangkat lunak, terutama aljabar, geometri, analisis numerik dan grafik komputer.

Setelah 9 tahun sangat jauh dari matematika, sekarang saya harus berkutat dengan matematika yang bukan level SMA. Gawatnya, matematika level SMA saja saya sudah banyak yang tidak ingat, baik logika ataupun pola pikirnya, ataupun teoremanya, bagaimana dengan ini. Saat ini genap sudah 2 tahun saya bekerja sebagai peneliti, dan dalam 2 tahun ini saya belajar banyak sekali mengenai geometri berbekal pola pikir dan logika matematika yang mulai hilang. Tapi dibandingkan dengan rekan-rekan saya di kantor, saya merasa level matematika saya masih sangat rendah. Masih banyak sekali persamaan persamaan matematika yang saya belum bisa pecahkan, hal teknis yang saya belum paham untuk tujuan penelitian saya saat ini.

Saya sangat menyesal, ketika saya kuliah saya tidak mempelajari matematika, padahal meskipun di jurusan saya tidak ada mata kuliah matematika, ada jurusan lain yang menyediakan mata kuliah matematika, saya juga semestinya bisa belajar matematika dari pembimbing saya selama S1 sampai S3, bukan hanya memakai sedikit matematika. Atau ada cara lain yang sangat fleksibel, google, MITopencourseware, dan sebagainya, saya tinggal melakukan pencarian untuk belajar matematika. Tapi sayangnya saya tidak melakukan itu, dan jauh dari dunia matematika yang saya senangi selama 9 tahun.

Semoga dengan penyesalan ini saya bisa menambah semangat saya untuk belajar lebih banyak mengenai matematika lagi, menemukan keindahan matematika lagi seperti saat saya masih kecil. Karena pada dasarnya saya semakin yakin bahwa matematika sangatlah penting, bukan hanya untuk pekerjaan saya sekarang, tapi juga untuk banyak hal seperti melatih logika, pola pikir, membuat algoritma, mengerjakan hal teknis, membuat permodelan, konsep probabilitas, memahami statistik, proses pengambilan keputusan dan lain sebagainya.

Ganbarimasu!

Itami,
Selasa, 10 Juli 2018

No comments